Museum Bahari menjadi salah satu destinasi paling banyak dikunjungi oleh masyarakat jakarta, dikarenakan menyimpan koleksi kebaharian yang lengkap serta bangunanya memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Salah satu fakta menariknya adalah bangunan ini dahulu kala dibangun oleh VOC sebagai tempat penyimpangan rempah-rempah. Serta menjadi tempat untuk mencatat barang ataupun rempah yang akan ditranskasikan di Batavia ataupun di pulau lainya. Mari kita lihat fakta-fakta menarik dari bangunan museum bahari.
Awal mulanya dibangun sebagai gudang rempah VOC
“Kawasan paling padat dengan aktivitas perniagaan”
Sudah ada yang tau belum kalau Bangunan Museum Bahari tujuan awalnya dibangun sebagai gudang rempah milik VOC, Pada abad ke-16. Pada masa itu kawasan di sekitar Museum Bahari menjadi salah satu kawasan paling padat dengan aktivitas perniagaan atau jual beli barang dagangan dan rempah-rempah. Barang / Rempah-rempah yang masuk ataupun dikirim kembali keluar harus melewati “Kasteel Batavia” untuk di cek kelengkapan berkas dan dokumenya.
Ratu dari Timur, Julukan untuk Batavia
“Karena padatnya aktivitas perdagangan dan letak strategis, Batavia mendapat Julukan Ratu dari Timur”
Pada abad 17, pelabuhan Batavia telah berhasil tumbuh dan berkembang dengan pesat, banyaknya pengunjung dari bangsa asing di pelabuhan Batavia, baik yang datang dari kalangan pedagang dalam negeri ataupun luar negeri,
Dengan besarnya kesuksesan VOC semasa memimpin Pelabuhan Batavia pada abad-17. Batavia mendapat julukan sebagai Koningin van het oosten (Ratu dari Timur), hal ini disebabkan karena letak dari Batavia yang strategis. Dari segi geografis serta lintas jalur kelautan, maka dari itu Batavia memiliki nilai yang sangat tinggi di mata pasar dagang dunia.
Titik Nol Kilometer Batavia
“Pernah menjadi titik nol kilometer Batavia”
Menara Syahbandar yang terletak di sebelah Museum Bahari, dahulu pernah menjadi “Titik Nol Kilometer Batavia” bagi pedagang dan penjelajah dari VOC.
Vierkantpoort, Jembatan yang digunakan untuk menyambut pejabat
“Vierkantpoort ialah jembatan yang menghubungkan pasar ikan dengan daratan yang terletak di sebrang gudang rempah, yang sekarang ini menjadi Museum Bahari”
Menurut catatan sejarah Batavia, jembatan itu dibangun pada tahun 1650, jembatan tersebut diberi nama “Vierkantpoort” yang memilki arti “Jembatan segi empat”. Arti kata “Vierkant” itu sendiri ialah segi empat. Tutur Chandrian Attahiyyat, yang menjadi anggota tim ahli cagar budaya DKI.
Mengalami kenaikan setinggi 1,2 meter dari permukaan aslinya
“Dikarenakan adanya penurunan permukaan tanah kurang lebih 15cm setiap tahunya”
Museum Bahari kira-kira mengalami kenaikan level lantai setinggi 1,2 meter dari permukaan aslinya, selain itu diadakan pembuatan lubang persegi untuk mengetahui ketinggian muka air tanah. Yang diakibatkan oleh penurunanya permukaan tanah kurang lebih 15cm setiap tahunya. Lubang persegi ini telah menjadi salah satu objek atraktif bagi pengunjung untuk memberikan informasi tentang kondisi tanah di lingkungan museum.
Terdapat menara miring
“Merupakan menara syahbandar yang mengalami kemiringan sebesar 4 derajat ke arah selatan”
Kondisi tersebut diakibatkan oleh penurunan muka tanah yang begitu cepat setiap tahunya terutama di Jakarta Utara. Ditambah dengan tingginya volume kendaraan berat yang melalui jalan pakin. Namun kabar baiknya Menara Syahbandar aman untuk dikunjungi, sebab sudah dilakukan pemugaran, sehingga bagi pengunjung yang ingin naik ke Menara Syahbandar tetap bisa naik sampai ke atas menara. Karena terdapat pemandangan sunda kelapa serta pasar ikan di awal abad-18. namun hanya dibatasi untuk 20 orang saja.
Recommended reads
-
Mengenal Pesona Suku-Suku di Indonesia Menjelajahi Kekayaan Budaya Nusantara
-
Hellowayang Jendela Digital ke Kekayaan Budaya Nusantara
-
Batik Pesisir Warna-Warni Hasil Persilangan Budaya di Pesisir Jawa dan Madura
-
Sejarah Batik di Indonesia Warisan Budaya yang Kaya dan Inovatif
-
Motif Umum dalam Batik Keraton Simbolisme dan Makna Mendalam