Cerita di Balik Gurihnya Perkedel

Perkedel merupakan salah satu makanan yang mudah ditemui. Hidangan satu ini juga kerap disandingkan dengan beberapa jenis masakan lainnya seperti: soto dan sop.

Terbuat dari campuran kentang, telur dan beberapa rempah serta bumbu, sebenarnya membuat perkedel bukanlah hal yang sulit. Meski sederhana namun siapa sangka bahwa kudapan satu ini bukan masakan asli Nusantara. 

Perkedel sendiri berasal dari Belanda. Namun makanan satu ini juga terkenal di beberapa negara lainnya, seperti: Jerman, Denmark, Kepulauan Faroe, Norwegia, Polandia, Rusia, Estonia, Ukraina, Lithuania hingga Afrika Selatan.

Dalam bahasa Belanda, perkedel disebut frikadeller atau frikadel. Sedangkan beberapa negara yang lain memiliki sebutan yang beraneka ragam, mulai dari: frikadellen, buletten, fleischkuechle, hingga fleischpflanzerl.

Perkedel versi Eropa mempunyai bentuk yang hampir serupa: bulat pipih. Untuk bahan pembuatannya terdiri dari daging giling atau cincang yang dipadatkan lalu diberi bumbu, bawang, telur, susu atau air, remahan roti atau oatmeal atau tepung, garam, dan merica kemudian digoreng. Biasanya, frikadel sering disantap bersama hidangan utama seperti steak.

Sementara itu, pertama kali perkedel dibawa masuk oleh Belanda saat Negeri Kincir Angin menjajah Indonesia. Tapi karena pada saat itu harga daging sapi atau babi terbilang mahal, maka masyarakat pribumi memodifikasi frikadel dengan menambahkan kentang yang dihaluskan. 

Kentang dipilih karena kala itu mudah ditemukan serta harganya murah. Maka dari itu perkedel versi Indonesia menggunakan kentang sebagai bahan utamanya. 

Pun bahan utama serta cara pembuatannya juga tak berbeda jauh. Pertama kentang ditumbuk, lalu dicampur dengan bumbu dan irisan daun bawang serta seledri, kemudian dicelupkan dalam kocokan telur dan digoreng.

Lalu untuk penyebutan perkedel sendiri juga dirasa lebih mudah ketimbang pelafalan frikadel. Tapi di sisi lain ada banyak yang mengatakan bahwa perkedel merupakan singkatan dari persatuan kentang dan telur.