Lebih dari Kain Biasa: Filosofi Rwa Bhineda dalam Poleng Bali
4 Nov 2025

Rasanya tidak sulit untuk menemukan kain bercorak papan catur atau kotak-kotak berwarna hitam putih yang menyelimuti pohon-pohon atau patung besar di pura yang ada di Bali. Ya, adapun kain tersebut bernama kain poleng.
Tak sembarangan, penyematan kain tersebut sebenarnya memiliki makna tertentu. Masyarakat Bali menganggap jika patung atau pohon besar yang diselimuti oleh kain kotak-kotak hitam putih menandakan bahwa benda tersebut memiliki kekuatan magis yang harus dihormati dan dilindungi. Serta untuk mencegah adanya tindakan penebangan pohon secara sembarangan oleh masyarakat.
Selain digunakan untuk menyelimuti patung besar di pura atau pohon tertentu, kain poleng juga digunakan oleh para petugas keamanan yang ada di desa adat Bali. Oleh masyarakat setempat, petugas tersebut disebut dengan nama pecalang.
Kemudian kain poleng juga bisa dijumpai di pekarangan rumah. Tujuannya sebagai penunggu karang atau melindungi segala hal-hal buruk yang menyerang anggota keluarga di dalam rumah. Jadi, ketika ada serangan, maka penunggu karang akan bergerak dan menangkalnya, dan serangan akan berbalik kepada pengirim.

Dibalik kesederhanaan warna kain poleng, rupanya ada makna yang begitu mendalam. Sama seperti orang Tionghoa yang percaya yin dan yan, hitam putih disebut sebagai simbol dari Rwa Bhineda oleh warga Bali.
Rwa bhineda dalam kepercayaan masyarakat Bali merupakan representasi dari dua sifat yang saling bertolak belakang. Penggunaan kedua warna ini memberikan keseimbangan seperti yang terjadi di alam, misalnya: pagi dan malam, baik dan buruk, panas dan dingin dan sebagainya.
Sebenarnya kain poleng juga terdiri dari beberapa jenis, seperti: kain poleng sudhamala dan kain poleng tridatu. Kedua jenis kain poleng ini memiliki warna yang berbeda.
Kain poleng sudhamala mempunyai warna putih, abu-abu, serta hitam. Warna abu-abu memiliki fungsi sebagai perantara antara warna putih dan hitam, serta penyeimbang antara sifat baik dan buruk.

Sementara poleng tridatu yang melambangkan lahir, hidup hingga mati yang terdiri dari tiga warna, yakni: hitam, merah, serta putih. Warna putih merepresentasikan Dewa Siwa dengan sifat tenang dan bijaksananya. Warna merah punya makna dinamis dan berenergi seperti Dewa Brahma. Sedangkan warna hitam menjadi perwakilan dari Dewa Wisnu yang memiliki sifat terhambat dan berat. Ketiga warna tersebut merupakan representasi dari Tridharma dalam kepercayaan Hindu.