Tais & Teik Khas Tanimbar
4 Nov 2025
Ari Rizkiandi
Masyarakat suku Tanimbar memiliki busana khas yang biasanya dikenakan pada saat diadakan Ngriye (Upacara adat penting). Masing-masing Pria dan perempuan memiliki setelan busanya yang berbeda.
Busana Khas Wanita
Busana yang dipakai oleh perempuan Tanimbar pada saat mengikuti upacara adat terdiri dari kebaya dan tais (kain tenun) serta mengenakan sejumlah aksesoris yang menghiasi tubuh seperti:
Sinune (selendang yang disampirkan pada bahu sebelah kiri)
Somalea (hiasan dari burung cenderawasih yang dikeringkan dan diletakkan diatas kepala atau dahi)
Ngore (kalung yang digantung di leher)
Lelbutir (anting-anting)
Belusu (gelang yang dipakai pada lengan, biasanya terbuat dari gading gajah dan dijadikan sebagai mas kawin dari pihak laki-laki di Kepulauan Tanimbar)
Lufu (kantung yang terbuat dari anyaman rotan dengan seutas tali dan digantung pada bahu)
Busana Khas Pria
Busana adat pria Tanimbar adalah Teik (cawat) atau Umban. Teik biasanya terbuat dari tenunan kain yang berukuran kecil yang dipakai untuk menutup alat kelamin pria, sedangkan Umban adalah cawat yang terbuat dari tenunan berukuran tiga meter dan digunakan dengan cara diikat pada bagian pinggang serta dikombinasikan dengan pernak pernik berwarna keemasan, sebagai lambang kewibawaan dan tanggung jawab. Selain itu, ada juga tambahan aksesoris yang meliputi:
Tatabun ulun (kain penutup kepala)
Somalea (hiasan dari burung cenderawasih yang dikeringkan dan diletakkan diatas kepala atau dahi)
Kmwenga (anting-anting emas atau perak)
Wangpar (gantungan emas di dada)
Keseluruhan pakaian adat yang dikenakan wanita Tanimbar melambangkan kecantikan dan derajat kaum wanita Tanimbar yg begitu di agungkan dan di hormati. Sedangkan keseluruhan pakaian laki-lakinya melambangkan keberanian, kebesaran, dan keperkasaan sebagai seorang pemimpin.


