Trites, Sajian Tradisional nan Unik Khas Masyarakat Karo
4 Nov 2025

Berbahan Dasar ‘Kotoran Hewan Ternak’
Di Medan, Sumatra Utara, ada sebuah kuliner unik khas suku Karo bernama Trites. Makanan ini berbentuk sup dengan kuah berwarna cokelat.
Trites atau biasa disebut juga sebagai pagit-pagit berbahan dasar rumput yang berada di dalam perut sapi ataupun lembu. Rumput ini merupakan rumput yang belum dicerna dengan sempurna sehingga masih tertinggal di dalam lambung.
Membuat Trites terbilang gampang-gampang susah, peroses pembuatannya dimulai dari:
Pertama, rumput yang telah diambil dari dalam lambung sapi atau lembu diperas dan kemudian disaring berulang kali dengan kain tipis untuk menghindari serat rumput masuk ke dalam air perasan.
Kedua, air perasan kemudian direbus selama kurang lebih tiga jam untuk menghasilkan kaldu yang kental sekaligus untuk membunuh bakteri yang ada di dalamnya.
Ketiga, setelah mendapatkan air kaldu sebagai bahan utama membuat trites, Air tersebut kemudian dimasak dengan bahan-bahan tertentu seperti potongan-potongan daging dan tulang sapi atau lembu.
Keempat, untuk menghilangkan bau amis kaldu rebusan, biasanya masyarakat Karo mencampurnya dengan kulit pohon cingkam.
Dahulu, masyarakat Karo mencampurkan air kaldu dengan susu segar, tetapi saat ini hal itu sudah jarang dilakukan karena masyarakat saat ini lebih sering menggunakan santan yang dinilai lebih praktis dan juga lebih hemat.
Untuk sayurnya, Trites biasanya dicampur dengan daun ubi. Semua itu dimasak dengan campuran bermacam rempah-rempah yang membuat Trites kaya akan rasa, yakni cenderung pedas, menyengat, dan juga sedikit pahit.
Dihidangkan Pada Momen-Momen Tertentu

Trites biasanya dihidangkan pada acara syukuran pesta kerja tahun atau Merdang Merdem. Pesta tersebut biasanya dilakukan sekali dalam setahun, sebagai bagian dari ucapan syukur kepada sang Pencipta karena kegiatan menanam padi telah selesai. Di dalam acara tersebut, teriring doa agar tanaman padi mereka diberkati, sehingga bebas dari hama dan menghasilkan panen yang berlimpah.
Pesta adat Merdang Merdem dilakukan selama enam hari lamanya, di mana setiap hari mempunyai makna yang berbeda.
Hari pertama, disebut dengan kegiatan cikor-cikor dimana kegiatan ini sebagai penanda pelaksanaan upacara kerja tahun. Ditandai dengan kegiatan mencari korkor (sejenis serangga yang tinggal dalam tanah) di ladang untuk dijadikan lauk dan dimakan bersama.
Hari kedua, disebut dengan cikurung. Penduduk mencari kurung (binatang yang hidup di tanah basah atau sawah) di area persawahan untuk dijadikan lauk makanan.
Hari ketiga, disebut dengan ndurung. Pada hari ini penduduk satu kampung makan dengan lauk ikan. Ikan yang ditangkap biasanya nurung mas, lele yang biasa disebut sebakut, kaperas, belut.
Hari keempat, diisi dengan kegiatan mantem (penyembelihan lembu/babi). Di hari ini, kegiatan membuat Trites berlangsung seiring dengan penyembelihan hewan ternak lembu ataupun babi.
Hari kelima, matana (puncak perayaan upacara kerja tahun). Di hari ini rasa syukur ditunjukkan dengan saling mengunjungi sesama warga dan beberapa hiburan yang ditampilkan oleh muda-mudi masyarakat setempat dengan mengadakan suatu acara menari bersama di losd (wisma).
Hari keenam, dilaksanakan nimpa, kegiatan membuat cimpa (makanan khas Karo yang terbuat dari beras/ketan).
Makanan Para Priyayi dan Raja

Pada masa yang lampau, masyarakat Karo hanya menyajikan Trites untuk orang-orang tertentu saja. Tidak semua orang sanggup memasaknya karena bahan dasarnya yang sulit didapat dan membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk membuatnya. Paling tidak seseorang harus menyembelih seekor sapi atau lembu, di mana pada zaman dahulu tidak semua masyarakat Karo memiliki hewan ternak, hanya kalangan menengah ke atas dan orang-orang kaya saja. Karenanya tidak heran bila Trites disebut-sebut sebagai makanan priyayi dan raja.
Masyarakat Karo kelas bawah dan menengah memiliki kesempatan mencicipi trites hanya di saat-saat tertentu. Misalnya ketika Pesta Kerja Tahun Merdang Merdem beralngsung. Pesta ini lazim digelar setahun sekali setelah musim tanam padi berakhir. Pada saat itulah berbagai kuliner tradisi Karo dihidangkan.
Semua makanan yang disajikan dalam acara yang digelar selama enam hari itu dimasak dengan proses yang sederhana secara bersama-sama, sebagai bentuk gotong royong warga. Makanan-makanan yang disajikan pun semuanya mengandung nilai gizi dan memiliki khasiatnya masing-masing, seperti Trites yang dipercaya dapat membuat perut menjadi hangat dan badan terasa segar, selain itu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit perut, antara lain maag, gangguan pencernaan serta menambah nafsu makan.